Minggu ini berjalan seperti minggu-minggu biasanya. Setiap hari bangun pagi, jam tujuh kurang sudah cabut ke LPPI, jam setengah delapan sudah mulai kelas, berakhir jam setengah lima (kalau dipikir-pikir, hidup kami ini habis di kelas...tapi itulah konsekuensi ODP, cari duit itu susah ya...haha, sabtu aja masuk, yang penting selalu positif thinking dan pantang menyerah lah). Bedanya mulai hari senin kemarin, kami sudah mulai menggunakan absen fingerprint baik saat absen pagi hari maupun saat pulang selesai kelas (bunyinya tiiit.....tiiiit.... sambil ngantri), mana terkadang alat absen fingerprintnya sangat sensitif, jadi kotor dikit nggak mau baca sidik jari dia, ditolak dan coba lagi, bahkan ada teman saya yang “tat tit tat tit” berkali-kali ditolak gara-gara setelah memakai make up, ada sisa kosmetik yang masih nempel di jari. Konon kabarnya jika kami lupa melakukan absen fingerprint, kami akan disuruh membuat surat pernyataan tertulis tentang kelalaian kami itu (ngeri ah...).
Di awal minggu ada hal yang cukup mengganggu, jemuran saya di kos raib semua...Mana semua yang saya jemur adalah daleman banyak, raib sekaligus entah siapa yang ngambil atau nyingkirin...Saya tanya ibu kos, nggak tahu, tanya mpoknya yang sering ngurusin jemuran nggak tahu juga, mau tanya anak-anak kos, nggak pada kenal dan malu lah nyari-nyari satu-satu per kamar...terpaksa deh, beli lagi...Sayanya juga rada-rada oon, nyari begituan di Hero, secara Hero sini banyakan pengunjungnya bule, ya mana ada begituan yang ukurannya pas buat saya, hoho. Akhirnya dapetnya di swalayan kecil gitu. Beberapa hari kemudian, jemuran sejenis punya teman saya juga raib walopun jumlah yang dia jemu nggak se fantastis punya saya...hoho. Kok ada gitu yang demen ngambilin punya orang lain, punya cowok-cowok lagi...ngeri ah.
Minggu ini anak-anak sudah banyak yang mulai cari-cari sarapan pagi sebelum masuk kelas, misalnya genk anak-anak padang yang sering beli bungkusan sarapan bubur di perempatan, genk kos-kosan 50D biasanya beli bubur di depan kampus LPPI, dll. Saya sendiri dengan satu teman saya biasanya Cuma beli roti dan susu di warung yang dekat dengan kos atau pas lewat berangkat pagi. Sekarang usdah mulai jarang berangkat bareng teman kos yang satu kos, soalnya saya bangunnya lebih siang, dianya bangun lebih pagi, jadi biasanya dia duluan yang berangkat. Sarapan dimakan di kelas sebelum materi dimulai. Mana suatu hari, ada yang baru sempat menghabiskan setengah buburnya, pengajar sudah datang...dan saya ketempuan untuk ikut andil menghabiskannya, sampe dipaksa-paksa disuapin, rasanya eneg dan pengen muntah...wek...
Modul yang diberikan adalah melanjutkan tentang operasional cabang. Salah satu sesi membahas tentang priority banking yang tampaknya menyenangkan, hoho. Mandiri prioritas adalah salah satu layanan khusus yang bank mandiri berikan untuk para nasabah dengan saldo simpanan di bank mandiri dalam bentuk apapun sejumlah minimal 500 juta (beberapa tahun lagi nih, saya pasti bisa jadi member mandiri prioritas, amin). Menjadi officer di priority banking sepertinya menyenangkan juga (PBO), kerjaanya ketemu orang-orang berduit, yang biasanya kerjanya cuma dah nek dah nek kata salah satu temen saya...Saat branch operation mulai ada mentor pengajar wanita, salah satunya adalah alumnus ODP, lumayan bisa ditanya-tanyain tentang pengalaman beliau saat ODP jaman dulu.
Selain branch operation, minggu ini juga ada modul tentang produk kartu dari bank mandiri. Salah satu sesi diajar langsung oleh departemen head, kalau tidak salah pak Agung...sebelumnya saat diajar beliau kami tidak tahu kalau beliau seorang departemen head, tapi saat sesi beliau selesai, lalu diganti pengajar dari mantan ODP angkatan lama, kami diberi tahu bahwa beliau adalah dephead. Pantes, kemarin saat beliau mengajar, senyuuum terus, lembut tapi tegas, menjelaskannya juga sangat expert (saking experdnya sampai satu kelas banyak yang nggak mudeng...), bahkan ada beberapa yang meminta untuk dijelaskan kembali secara berulang-ulang, dan bapaknya tetap dengan sabar dan penuh perhatian mengulang materinya, hoho. Memang ada sesuatu yang beda dari beliau, lebih gimana gitu (aura pimpinan kali yah)...dan ternyata beliau adalah dephead. Kata salah satu pengajar, yang juga mantan ODP jaman dulu, kerja di divisi kartu itu enak, divisi kartu adalah divisi paling swasta di bank mandiri, apakah itu benar...entahlah, tapi saya kok kurang tertarik ya sama divisi ini, hoho. Saya masih melirik untuk ditempatkan di priority banking atau mass banking (bagian marketing, yang ngurusin advertising, perencanaan produk, dll). Ada suatu waktu saat teman-teman sekelas ditanya mau masuk ke divisi mana, ada yang pengen jadi internal audit, ada yang pengen di corporate banking, ada yang pengen masuk divisi kartu kredit, ada yang pengen di CBC, kebanyakan sih pada pengen jadi PBO.
Yang jadi gongnya buat saya di pertengahan minggu ini adalah sakit gigi gara-gara sisa akar gigi yang menusuk gusi (minta ampun sakitnya). Apalagi saat di kelas, nggak karuan rasanya. Salah satu teman juga ada yang baru operasi gigi geraham, katanya gerahamnya tumbuh dan menusuk, jadi sakit. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari dokter gigi di dekat kampus setelah kelas usai, kata pak satpam LPPI ada di Kemang utara. Untuk hari ini terpaksa saya tidak ngegym bareng teman-teman, demi kesembuhan gigi (kata bapak2 penjaga tempat fitnessnya, ODP 73 yang paling kompak kalo ngegym bareng loh, hoho)...Waktu itu hujan, dan kalau jalan agak jauh memang dan kami belum tahu tempatnya, jadi saya ditemani teman kos saya, dan teman tetangga kos saya memutuskan untuk naik bajaj ke kemang utara habisnya Cuma 7000. Sampai di klinik ternyata dokter baru available jam 7, jadi kami memutuskan untuk balik ke kos dulu, kali ini jalan kaki, ternyata lumayan dekat, 10 menit dari klinik ke kos lewat jalan tembus, secara tidak ada bajaj dan ojek yang mangkal di daerah situ. Jam 7 lebih saya memutuskan untuk berangkat sendiri ke klinik, sampai di klinik dokternya sudah ada. Kliniknya agak sepi, saya langsung ditangani oleh dokternya, dokternya wanita.
Nah, ini dia yang membuat saya sangat tidak nyaman. Dokter memutuskan untuk mencabut sisa akar-akar gigi yang masih tertinggal nancep di gusi, total ada tiga akar gigi. Sebelumnya kan saya sudah minum ponstan untuk meredakan nyeri, trus akar gigi saya dipegang-pegang oleh dokternya, dan ditanya sakit atau tidak, ya saya bilang tidak karena memang tidak nyeri sama sekali, terus nggak dibius deh gusi saya. Cabutan pertama, jeng...jeng...tidak begitu sakit, Cuma nyeri-nyeri sedikit, biasa, dan sang dokter menganggap it aman-aman saja, belum tidak perlu dibius. Cabutan ke dua, ngeng...saat dipegang nyerinya semakin ngeri, dokternya masih saja berasumsi saya belum perlu dibius, sampai pada akhirnya saya mengerang sakit, nahan pengen nangis, nggak karuan rasanya, kalau bisa saya tonjok, saya tonjok atau tendang deh tuh dokter. Mana mbak asistennya Cuma bisa nyengar-nyengir merem melek nggak tega melihat saya. Saya kesakitan, eh malah merekanya ketawa-ketawa, sableng nih penghuni klinik...Akhirnya saya dibius beberapa suntikan, dan melanjutkan cabutan yang ke dua, jeng-jeng...masih agak nyeri tapi Cuma sedikit. Lalu cabutan yang ke tiga... Tiap selesai nyabut, dokternya bilang dengan lembut, “masih dua cabutan ya mas...sabar...bertahan ya mas...” “masih satuuu lagi akarnya, sabar ya mas...” Sabar matamu...hoho.
Kelar dicabut, disumpal kapas, diberi resep, lalu bayar...Jatuhnya nggak mahal ternyata, total cuma 120 ribuan. Saya minta kwitansi, eh kasirnya nawarin, “mau dilebihin nggak kwitansinya (mark up).” Ya saya jawab tidak, TIPCE gituh...hoho, mau ngapain juga dilebih-lebihin segala. Nah, pulangnya ini yang susah, saya snedirian menahan sakit, dan harus berjalan sebentar menuju pangkalan ojek di dekat perempatan McD, yang notabene lima menitan jalan. Lima menit jalan kaki sambil menahan sakit rasanya memang beda. Saya sampai tidak sanggup berkata-kata sama abang ojeknya, Cuma bisa ang eng ang eng sambil nunjuk-nunjuk arah selama perjalanan menuju kos. “Ini kemana mas arahnya?” Saya jawab, “engggg,” sambil tangan saya menunjuk arah...”Belokannya di mana mas?” tanya abang ojeknya lagi...”enggg”, kata saya sambil menunjuk-nunjuk lagi...
Sampai di kos, langsung naik ke lantai dua menuju kamar. Sampainya di lorong kamar saya, saya tidak bisa lewat gara-gara banyak pemuda pemudi 94o3l duduk-duduk menghalangi jalan, sambil ngrokok ngobrol-ngobrol pada cuek aja gitu, gak ngerti kalo mau ada orang lewat. Mana nyetelnya lagu ST12 pula...Tambah gedeg saya. Akhirnya bisa lewat setelah “ang eng ang eng” permisi, terus saya tutup pintu. Memang pintu saya agak susah dikompromi, jadi pas nutup agak kebanting, JDERR. Eh, ada yang nyeletuk keras banget,”BIASA AJA DOONG!”. Sumpah, pengen saya makan tuh orang. Akhirnya, saya setel deh musik hip hop keras-keras biar terusir mereka dari lorong situ, dan berhasil, YES. Minum obat lalu tidurr...
Kebetulan akhir minggu ini dan beberapa hari berikutnya yang mengajar beberapa kelas banyak ditangani secara langsung oleh orang-orang dari LCG 9Learning Center Group), ada beberapa wajah yang sudah pernah mengajar kami di tanah abang muncul, seperti pak Moko. Dan pak ketua kelas kami, yang sering saya panggil menir...menganjurkan agar kami lebih menjaga kesopanan dan manner saat masih di area kampus LPPI (sudah grooming gitu). Selain itu, sebaiknya datang lebih pagi lagi dari biasanya karena ada beberapa pengajar yang jam 7 teng sudah berada di kelas. Hari pertama tentang materi yang diberikan pengajar dari LCG ini memang agak ribet, banyak sekali diskusi, tapi menyenangkan juga karena kelas tidak monoton.
Dan weekendpun tiba, secara mendadak beberapa teman dekat saat kuliah ngajakin ketemuan malem mingguan. Nah, hari sabtu itu materi baru selesai jam limaan, nyampe kos magrib, mau jalan pun males, kecuali dijemput tinggal duduk nyampe. Anak-anak pada nggak mau jemput, secara Kemang macetnya minta ampun banget kalau malam minggu, mereka maunya ketemuan di Citos. Nah, bimbanglah kami yang ada di Kemang (yang bisa ikut jalan saya dan 2 orang lagi, yang lain ada perlu), masih nuggu-nuggu kabar dan memutuskan mau atau enggaknya berangkat sampai jam 8 malam. Padahal mereka nungguin kami di Citosnya dari jam 5 sore, ada 3 orang teman kuliah sama satu kakaknya teman kuliah. Akhirnya setelah mereka (yang nungguin) memaksa-maksa by phone, jadilah kami ikutan nimbrung. Berangkat dari Kemang jam 8.30 nyampe di TKP jam 9an, lapar, belum makan pula. Sayangnya dia yang di Semarang nggak bisa ngapa-ngapain, kasihan di kos sendirian, katanya hujan, dingin, butuh kehangatan tuh...hehe, kapan yah bisa ketemu lagi...
Next, abis itu, kami cabut bertujuh karokean, makan di Fatmawati sampe jam 12an. Setelah itu, bingung menentukan acara selanjutnya...Mau jengjeng gonjeng, belum gajian juga...akhirnya pisah sama kakaknya temen yang ikut, trus salah satu teman saya ngasi ide tuh ke TL, bayar goceng suruh joget...Tapi ngeri jugaaa, takut lah sama begituan, lebih takut sama begituan deh daripada sama preman...Akhirnya kami cabut dulu ke Kemang, rencananya mau nitipin satu mobil di parkiran McD biar nggak ribet, trus cabut entah ke mana. Tapi sesampainya di McD, kami pesan minum, trus duduk-duduk, ngantuk deh...dan keputusan terakhir adalah pulang ke hunian masing-masing (bagus lah daripada ke tempat yang begituan, serem lihat yang setengah-setengah begituan)...Sampai kos jam 2an, langsung tepar, bangun-bangun hari minggu, sempet-sempetin nulis blog deh... Pagi-pagi sudah di sms orang rumah, katanya adek lagi ke Bali. Hari minggu ini saatnya malas-malasan... And finally Happy Birthday for my friend, teman ODP, juga teman kos ‘JG’, hari ini 25 thn. Semoga tambah umur, tambah berkah yah!
Mas, di dekat LPPI ada kos-kosan untuk cewek tidak???? please....mulai senin saya kerja di daerah kemang soale...thanks
ReplyDeletejiah hahaha, odp mandiri... lumayan seru juga nih ampir mirip, tapi ga terlalu menyakitkan... tunggu yah, bentar lagi sayah juga mau buat cerita kayak gni ya
ReplyDeletesip sip sip... tp klo uda kerja beneran, uda males lagi mau nulisnya...
ReplyDeletemas,kos di sana kalo ke LPPI jalan?
ReplyDeletebentar lagi saya ODP Mandiri juga nih..
lagi cari kos yg cukup jalan kaki ke LPPI..
trus budgetnya brapa?
fasilitasnya gimana?
maap banyak nanya..
hehe..
jalan... banyak kok kosan deket2 situ... budget antara 500 ribu-1,5 juta... fasilitas tergantung budget...
ReplyDelete